Kurs Jual Rupiah Kembali Tembus Rp12.000 per Dolar AS

Rupiah melemah/Ilustrasi.
Sumber :
  • VIVAnews/Muhamad Solihin
VIVAnews - Tekanan terhadap rupiah terhadap dolar Amerika Serikat semakin besar. Mata uang Republik Indonesia ini kembali terpuruk dan bertengger di atas level Rp11.000 per dolar AS. Bahkan, untuk kurs jual telah menembus Rp12.000 per dolar AS.
Aplikasi Ini Bisa Bikin Penumpang Terhibur di Pesawat

Berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, Rabu 4 September 2013, rupiah bergerak melemah di level Rp11.093, sedangkan sehari sebelumnya berada di level Rp10.893 per dolar AS.
Ada Luka Tembus Pelipis Anggota Satlantas Polresta Manado yang Ditemukan Tewas di Mampang

Sementara itu, di beberapa bank, kurs jual rupiah berkisar Rp11.900 hingga Rp12.050 per dolar AS. Kurs beli berada di level Rp11.225 hingga Rp11.450 per dolar AS.
Arema FC Semakin Jauh Dari Zona Degradasi

Di PT Bank Central Asia Tbk, kurs jual rupiah dipatok Rp11.900 dari sebelumnya Rp11.700 per dolar AS, dengan kurs beli Rp11.400 dari sebelumnya Rp11.200 per dolar AS. 

Sementara itu, di PT Bank Internasional Indonesia Tbk juga kembali melemah. Kurs jual rupiah bahkan kembali menembus Rp12.050 dari sebelumnya Rp11.800 per dolar AS. Kurs beli di bank swasta ini tercatat Rp11.450 dari sebelumnya Rp11.200 per dolar AS.

Selanjutnya untuk bank pelat merah, kurs jual rupiah di PT Bank Mandiri Tbk tercatat melemah dari Rp11.607 per dolar AS menjadi Rp11.675 per dolar AS. Kemudian, untuk kurs beli, bercokol di posisi Rp11.225 dari sebelumnya Rp11.150 per dolar AS.

Ekonom PT Bank Tabungan Negara Tbk, Prasetyantoko, mengungkapkan, dalam kondisi fluktuasi rupiah yang semakin dalam, masyarakat harus pintar mengalokasikan kebutuhan rumah tangga.

"Masyarakat harus pandai memastikan kebutuhan pokoknya dulu, dan itu harus tersedia beberapa waktu ke depan," kata Prasetyantoko kepada VIVAnews di Jakarta.

Selain menjaga kebutuhan pokok, Prasetyantoko juga menyarankan agar masyarakat mengurangi barang-barang yang bersifat impor, seperti barang elektronik. Sebab, dikhawatirkan dengan kondisi yang tidak stabil seperti sekarang, harga barang tersebut akan mengalami kenaikan.

"Kurangi pembelian barang impor, tetapi kalau masalah kedelai seperti sekarang, sepertinya harus ada relaksasi dari pemerintah," tegasnya.

Untuk antipasi pelemahan rupiah, ia menyarankan agar pemerintah melakukan kebijakan jangka pendek, seperti restrukturisasi utang luar negeri atau penjadwalan ulang utang negeri untuk mengurangi tekanan permintaan valas.

Selain itu, masyarakat harus mengurangi konsumsi bahan bakar minyak dan mencari alternatif bahan bakar lain supaya impor bahan kabar bisa dikurangi.

"Restrukturisasi utang luar negeri bisa dilakukan, terutama untuk utang swasta. Jadi, pembayarannya dapat ditunda dan dijadwalkan ulang, paling tidak itu bisa mengurangi tekanan," jelasnya. (art)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya