2 Polisi Tewas di Poso, JAT Terlibat?

Ilustrasi/Penangkapan terduga teroris
Sumber :
  • Antara/Jessica Helena Wuysang

VIVAnews - Dua petugas polisi, Brigadir Kepala Sudirman dan Brigadir Satu Andi Sapa, ditemukan tewas di Poso, Sulawesi Tengah. Mereka gugur saat menyelidiki area pelatihan teroris di Poso, Sulawesi Tengah. Sebelum meregang nyawa, keduanya dicegat sekelompok orang yang mengendarai tiga sepeda motor. Polisi belum dapat memastikan identitas mereka.

"Dua senjata revolver dan sepeda motor mereka hilang. Dugaan sementara, mereka dihadang di jalan yang tidak terlalu besar, tanah, tapi bisa dilalui sepeda motor," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri, Brigjen Pol. Boy Rafli Amar, di Mabes Polri, Jakarta, Kamis 18 Oktober 2012.

KLHK: 3,37 Juta Hektare Lahan Sawit Terindikasi Ada dalam Kawasan Hutan

Bripka Anumerta Sudirman lahir pada 1 Juli 1981. Almarhum meninggalkan seorang istri serta dua anak, masing-masing baru berumur empat dan enam tahun. Rekannya, Brigadir Satu Andi Sappa, lahir pada 2 Maret 1981. Pria asal Palopo ini meninggalkan seorang istri dan dua anak yang juga masih kecil, berumur tujuh tahun dan adiknya bayi dua tahun. 

Boy menyatakan sampai saat ini pihaknya masih terus menelusuri siapa pelaku pembunuhan itu. Dia mengatakan belum dapat menjelaskan secara mendetail langkah-langkah penyelidikan yang sedang dilakukan.

"Dalam catatan kami, ini memang terkait kegiatan-kegiatan pelatihan teror. Ini masih kami dalami. Lokasinya ada yang kami curigai sebagai tempat pelatihan. Kita tunggu perkembangan lebih lanjut soal siapa pelakunya," ujarnya.

Sebelumnya, Kepala BIN Letnan Jenderal Marciano Norman malah langsung menyatakan ada keterlibatan anggota Jamaah Anshorut Tauhid (JAT) dalam kasus ini. "Mereka ini memang diduga JAT. Beri kesempatan kepada kami untuk melakukan pendalaman," kata Marciano, Rabu kemarin.

Apa indikasi keterlibatan JAT?

BI Catat Modal Asing Kabur dari Indonesia Rp 1,36 Triliun

"Ada beberapa fakta yang memperkuat, tapi itu harus didalami dulu," Marciano menambahkan.

Atas tudingan gawat itu, JAT menegaskan sama sekali tidak terlibat. Sekretaris Pusat JAT, Abdurochman, bahkan balik menuduh bahwa itu fitnah untuk mengalihkan berbagai isu yang belakangan sedang kencang mendera lembaga penegak hukum di Indonesia dewasa ini.

"Itu fitnah, karena tanpa disertai bukti-bukti. Karena ada kasus yang membelit lembaga hukum, maka dicarikan pengalihan isu. Bahkan, kami dengar tahun ini juga akan muncul tersangka baru dalam kasus Bank Century," ujar Abdurochman kepada wartawan, Kamis.

Juru Bicara JAT lainnya, Sonhadi, menjelaskan bahwa lokasi ditemukannya jasad dua polisi itu bukanlah basis aktivitas organisasinya. "Kami tidak ada kegiatan di Tamanjeka. Lokasi aktivitas kami ada di Labuan," kata Sonhadi, sembari menyanggah bahwa JAT memiliki kamp pelatihan militer. Menurut Sonhadi, dalam struktur organisasi JAT tidak ada divisi militer.  

"Aktivitas kami hanya di Labuan. Kami tidak punya laskar militer. Kegiatan di Labuan hanya berupa pengajian, taklim, dan belajar. Itupun hanya sekitar 10 orang saja," dia menjelaskan.

Sonhadi menjelaskan beberapa warga di Labuan juga belum resmi menjadi anggota JAT. Meski sebagian warga di situ sudah menandatangani formulir pendaftaran, tapi kantor pusat JAT di Jakarta belum menerima berkas anggota dari Poso. "Tidak semua orang bisa kami terima. Harus ada verifikasi terlebih dahulu," kata Sonhadi.

Mumpung Ramadhan, Ammar Zoni Banyak Berdoa Agar Segera Bebas dari Penjara

Kronologi

Bripka Sudirman dan Briptu Andi Sapa ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa setelah hilang delapan hari. Kedua jenazah ditemukan di satu lubang yang dalamnya hanya sekitar satu meter.

Kepala Bagian Penerangan Umum Mabes Polri Komisaris Besar Pol. Agus Rianto mengatakan jasad ditemukan pada Selasa 16 Oktober 2012 sekitar pukul 17.10 WITA di tengah hutan di luar perkampungan Dusun Tamanjeka, Desa Masani, Poso.

Awalnya, sebanyak satu peleton anggota TNI Yonif 714/SM sedang dalam perjalanan kembali usai mengambil logistik makanan. Di tengah perjalanan, Praka Dance M. ditemani Pratu Ilham buang air di sungai.

Sekitar pukul 11.30 Wita, Praka Dance berjalan ke arah Lembah Kampung Tamanjeka, Desa Masani, Kecamatan Poso, Pesisir Kabupaten Poso. Dance dan Ilham kemudian melihat helm berwarna hitam.

Di bawah helm itu, mereka melihat sebuah gundukan berikut tumpukan kayu. Dance lalu melaporkan temuan itu. Komandan Dance datang memeriksa. Lokasi itu dikerubungi lalat. Berjarak sekitar lima meter dari situ, anggota TNI yang lain melihat ada galian baru. Di situlah, tangan salah satu korban terlihat menyembul.

Saat disisir, pasukan TNI itu banyak menemukan titik-titik persembunyian yang disamarkan ilalang. Termasuk di pinggir jalan Tamanjeka-Masani, ditemukan ada lima titik persembunyian. Jarak antara satu titik persembunyian dengan yang berikutnya terpaut sekitar lima meter. Tempat persembunyian dibuat sangat tersamar dan bisa ditempati oleh lebih dari tiga orang. Di lokasi juga ditemukan satu butir peluru; kalibernya belum diketahui.

Dari hasil pengamatan pasukan TNI di lapangan, ini tampak seperti penghadangan yang matang dipersiapkan.

"Daerah itu memang dikenal sebagai daerah pelatihan teroris," kata Wakil Kapolres Poso, Komisaris Pol. Eko Yudhi Karyanto, kepada VIVAnews. 

Pada pukul 16.30 Wita aparat kepolisian tiba di lokasi. Lubang pun digali. Di dalam satu lubang ditemukan dua mayat sekaligus--satu dengan posisi kepala menghadap ke utara, dan kepala yang lain menghadap ke barat.

Di sekujur tubuh mereka ditemukan luka memar. Begitu pula ada luka di leher. Kedua jenazah dibawa ke RSUD Poso untuk diautopsi. (kd)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya